Minggu, 04 November 2012

JENDELA BERKABUT


samar bayang pekat terbaca
menggunung makna dibalik kata
merah meraung di bawah biru
ranting-ranting terbuang di tanah hijau

jendelamu masih berkabut
pada pagi embun membalut
jiwa mengecil mengucil hanyut
separuh lukisan semberaut
pandang tak tersurat melayang tersirat

biar liar melebur lezatnya senandung hujan
matahari dan bumi tak akan sejengkal

Rahmi Pratiwi
181012

Minggu, 21 Oktober 2012

MIMPI KU, MIMPI KITA


By : Rahmi Pratiwi

Kita masih bermimpi tentang hari itu
Hari dimana puncak kebahagiaanku dan kebahagiaanmu menari-nari di langitNya
Namun sayang,
perjalan kita ternyata masih jauh, jauh sekali kata orang-orang yang ku temui di lapak tepi jalan kemarin petang

Kita sekarang bukan sedang berada di Mesir dengan hamparan padang pasir yang begitu gersang
Dan juga bukan berada di puncak gunung Merapi berhampar batu-batu cadas
Kita sekarang berada di lereng-lereng bukit nan sejuk
Dengan pemandangan hijau nan memukau
dan kerlap kerlip lampu nan indah di malam hari

sejauh ini, sejuknya pagi masih kita hirup
menikmati pemandangan sekitar yang hijau karena klorofil daun
dan warna warni bunga yang ku sukai
sesekali ketika hujan deras, jaket tebalku masih kutawarkan padamu untuk menghangatkan tubuhmu

aku masih mencubitmu disaat penyakit usilmu kambuh
dan kau memasang wajah menggemaskan itu
sungguh bahagia menggelitikku
kau masih suka membuatku tersenyum dan tertawa
membuatku menjadi seorang wanita yang paling istimewa di dunia ini
dan aku melupakan apa yang membuatku sedih dan tak tenang ketika bersamamu
kau mengerti aku
diam-diam tanpa aku ungkap sepatahkatapun
kau memahami apa yang terselip di antara ruang ulu hatiku
hmm...
aku rasa orang lain tidak akan mengerti bagaimana rasanya jadi diriku

tentang sesuatu yang menggebu di dadaku di dadamu
kita berharap ini seperti buah durian yang ditunggu-tunggu oleh pemiliknya
dan akan di santap bersama-sama di temani “katan” oleh orang Minang
bersama dengan tawa gelak nan sumbringah
dengan sedikit olokan minang
hingga terkapar karena kekenyangan
bukan seperti sebungkus nasi ramas ketika sudah habis bungkusnya dibuang ke tong sampah atau di biarkan begitu saja hingga membusuk

aku selalu berdoa pada sang Pencipta dunia ini
sesekali  menangis sesenggukan karena aku takut
aku takut beberapa hal akan mengiris hatiku
membanting hatiku hingga berserakan keping keping itu
namun aku percaya niat baik umatNya jika diiringi dengan usaha dan Doa tidak akan seperti bungkus nasi tadi



22 September 12
Humaira Kost

Selasa, 25 September 2012

MENUNGGU


By : Rahmi Pratiwi

Aku masih berdiri di tepian ini
Menatap riak air yang masih malu-malu bersuara
Perahu-perahu kertas masih setia menemaniku
Namun sayang, sebentar lagi akan tenggelam

Lambaian daun kelapa memberiku satu pertanda
Bahwa hari ini udara akan bersahabat hingga nanti mega menjemput
Masih ada alasan untukku untuk menunggumu

Di sini
Aku masih bertanya-tanya dalam hati
Sebelum matahari tenggelam
Aku masih menunggu


23 Sep. 12
Humaira Kost

KESEPIAN


 By : Rahmi Pratiwi

Sebentar lagi, sang Mega akan berpesta menyambut malam
Dan rembulan yang ku tunggu
Namun kau masih di sini merajut larik-larik kesepian
Seolah tak ada seorang pun yang peduli padamu

Tahukah kau?
 aku dari dulu memperhatikanmu
Ingin ku ulur tangan dan merangkulmu
Memelukmu tanpa berkata
Itu saja sudah cukup untuk memberimu sepercik kehangatan
Tapi kau enggan sekali menatap sekitar

Dan kau masih merajut larik-larik kesepian
Sampai besok pagi dan mungkin saja besok pagi seterusnya
Sampai titik jenuhmu mengadu pada jiwa yang telah kering



21 September 2012
Humaira kost

AKU BISA


Setelah merangkak dari perjalanan panjang
Akhirnya kutemukan setitik celah dimana secercah sinar mentari berbaik hati memberikan kekuatannya
Menopang sebatang asa yang mulai merapuh
Ini bukan suatu kebetulan atau apa lah namanya
Aku masih mengingatnya ketika umurku kurang dari seperempat abad melebihi satu dekade
Aku memilikinya namun tak sempat kubiarkan ia meraja lela

Ini juga bukan suatu penyesalan
Karena dulu tak sempat keberikan kebebasan
Tentang aku yang masih merengek minta disuapkan nasi oleh ibuku
Tentang aku yang masih bebas bermain petak umpet dengan teman kecilku
Tentang aku yang dimarahi ibuku karena kenakalan masa kecilku
Tentang aku yang masih menangis ketika terjatuh
Tentang aku yang merengek minta ditemani ke taman kanak-kanak oleh nenekku, kakekku, tanteku atau pun kerabat dekatku yang masih bisa aku repotkan
Tentang aku yang mulai beranjak dari anak-anak ke remaja
Dan sampai kemaren sebelum aku menuliskan sepatah dua patah ini

Sedikit ada penyesalan dalam hidupku
Lagi karena satu alasan ini tak sempat ku bebaskan
Namun toh ini juga bukan penyesalan yang besar
Karena hari ini esok dan seterusnya aku masih bisa menuliskannya
Walaupun aku tidak tahu entah hari esok Tuhan masih menompangkan bumiNya untuk kita
Sebuah kebanggan memang
Memuaskan batinku
Seharusnya bukan untuk hari ini saja
Saat jemari berkoar meluap-luap menuntun hati

Hei, aku ingat
Bukankah semalam aku bermimpi tentang seseorang yang kuanggap sebagi inspirasi?
Inspirasi ketika aku berada di suatu kumpulan orang-orang yang penuh daya imajinasi dan kreatifitas
Orang orang yang mengalir darah seni di dalam tubuhnya
Sayangnya aku lupa rangkaian kalimat lengkap yang ia tujukan padaku
Tapi akan ku coba tuliskan beberapa kata yang ku ingat
“melankolis, komunikasi, menyenangkan”
Dari ketiga kata di atas, mengingatkanku kembali pada sebongkah luapan yang menggebu dari salah satu sudut jiwaku

Sepantasnya aku berterima kasih pada Ayahku
Karena tidak mungkin aku bisa menyukai musik bahkan memainkan alat musik
Bernyanyi walaupun suaraku hanya aku yang menyukainya dan merasa paling merdu walau menurut orang lain terdengan “fales”
Namun tak semua orang kurasa mempunyainya, bahkan untuk mengikuti irama lagupun tak beraturan dengan yang seharusnya
Memainkan pensil hingga berbentuk sesuatu yang menyejukkan mataku dan mata beberapa orang lainnya
Memainkan crayon hingga berwarna warni menari-nari diatas kertas
Menyukai keindahan
Merangkai kata-kata menjadi sebuah kalimat yang tidak semua orang memahaminya
Beberapa diantara orang-orang yang beruntung adalah aku
Tak sepantasnya aku selalu mengeluh untuk hal-hal kecil yang kuanggap besar bagiku

Sedikit demi sedikit aku memahami apa yang mereka rasakan
Memahami apa yang ada di benak mereka
Walaupun tak seutuhnya aku mengerti apa yang mereka maksud
Aku menikmati setiap rangkaian kata-kata yang mereka tuliskan
Aku memahami mengapa namaku berada diantara sekumpulan orang-orang yang di tandai
Dalam hati aku berkata “beruntung sekali orang ini”
Aku yakin tidak semuanya seberuntung itu
Pastilah salah satu dari mereka ada yang sepertiku
merangkak

Ini terlihat hebat bagiku
Walau terlihat amat sederhana
Aku ingin suatu hari ini berbuah manis
Bukan hanya untuk hari ini saja ataupun seminggu ke depan
Tapi untuk sepanjang jemariku masih bisa menari mengikuti suara hatiku
Nikmat sekali



22 September 12
Humaira Kost
 

RAHMI PRATIWI Template by Ipietoon Cute Blog Design